Tradisi upacara minum teh di Jepang biasa dilakukan untuk menyambut dan menghormati tamu. Pada umumnya, jenis teh yang digunakan untuk tradisi ini adalah teh hijau. Di Jepang, upacara minum teh ini merupakan ritual tradisional yang dilakukan untuk menyanjung tamu.
Nama tradisi upacara minum teh di Jepang adalah Sadou. Tradisi minum teh di Jepang ini begitu unik dan mengandung filosofi yang sangat menarik, sehingga dikenal hampir seluruh dunia. Karena begitu menariknya, tradisi upacara minum teh di Jepang ini digemari oleh banyak orang.
Lima Jenis Tradisi Upacara Minum Teh di Jepang
Awal mula tradisi upacara minum teh di Jepang adalah Kaisar Saga terkesan dengan penyajian teh yang dilakukan oleh pendeta Eichu. Saat itu, penyajian teh berupa hasil fermentasi teh yang setengah matang. Karena terkesan inilah, akhirnya diadakan tradisi minum teh di Jepang.
Meski fungsinya untuk menyanjung tamu, namun tradisi minum teh di Jepang ada filosofi tersendiri. Adapun filosofi yang masih dipertahankan dalam tradisi minum teh adalah setiap pertemuan harus dihargai karena tidak pernah bisa diulang kembali.
Walaupun terkesan sederhana, namun tidak banyak yang tahu jika ternyata tradisi minum teh di Jepang punya berbagai macam jenis. Tradisi minum teh hijau di Jepang ini ada lima jenis, yang kelimanya dipengaruhi oleh waktu dan bulan.
⦁ Kuchikiri No Chaji
Dilakukan pada awal November saat musim dingin, upacara minum teh ini disebut dengan Kuchikiri No Chaji. Tujuan dari dilakukannya upacara minum teh ini adalah untuk memberikan kehangatan dan ketenangan di musim dingin.
Oleh sebab itu, masyarakat Jepang merayakan tradisi minum teh ini diawal musim dingin. Cara melakukannya sangat sederhana dan simpel, yaitu membuka toples teh dan kemudian meminumnya. Upacara ini dilakukan untuk menyambut musim dingin.
Baca juga: Beberapa Matsuri Terkenal di Jepang
⦁ Nagori No Chaji
Tradisi minum teh di Jepang kali ini dilakukan pada saat sebelum akhir musim gugur. Upacara ini diadakan di bulan Oktober untuk menyambut musim gugur. Upacara minum teh ini dilakukan sebelum musim dingin tiba, sehingga yang disajikan bukanlah teh segar.
Pada Nagori No Chaji, teh yang disuguhkan berupa sisa daun teh terakhir di musim panen sebelumnya. Rasa tehnya memang tidak sesegar daun baru, walaupun demikian menyeduh teh di musim gugur mengingatkan akan hidup yang terus berproses.
⦁ Akatsuki No Chaji
Diartikan sebagai upacara fajar di musim dingin, Akatsuki No Chaji dilakukan pagi hari saat musim dingin tiba. Tepat saat fajar menyingsing, sekitar pukul 04.00 a.m. Pemilik rumah dan tamu yang datang akan bersama-sama menyeduh teh.
Uniknya, tradisi minum teh ini disertai dengan menyalakan lilin atau lampu. Akatsuki No Chaji dilakukan untuk menikmati saat pagi hari di musim dingin. Baik pemilik rumah maupun tamu akan sama-sama menunggu matahari terbit sambil meminum teh.
⦁ Yuuzari No Chaji
Kebalikan dari Akatsuki No Chaji, Yuuzari No Chaji dilakukan sebelum matahari terbenam di musim panas. Hal ini berarti upacara minum teh ini diadakan di bulan-bulan hangat saat sore hari. Teh yang disajikan di dalam tradisi ini adalah daun teh hijau yang segar.
Upacara ini dilakukan antara pemilik rumah dengan tamu yang datang. Mereka akan bersama-sama menikmati teh hingga matahari terbenam di ufuk barat. Inilah yang disebut dengan tradisi untuk menyambut tamu yang datang ke rumah.
⦁ Yobanashi
Diadakan saat sore hari di musim dingin yang panjang, tradisi minum teh ini dilakukan antara bulan Desember dan Februari. Peminum teh bisa menikmatinya saat malam hari dengan dihiasi oleh cahaya lilin (chashitsu) di ruang minum teh.
Itulah beragam jenis tradisi minum teh di Jepang yang biasa dilakukan di setiap musimnya. Tradisi minum teh ini umumnya dilakukan secara bersama-sama antara pemilik rumah dengan tamu yang datang.